Kisah Nyata! Kemiskinan yang Menghantui Nyawa
Kisah nyata dua kematian pilu akibat kemiskinan di Indonesia. Dari kanker tanpa pengobatan hingga TKI meninggal di Malaysia. Pelajaran sosial yang menyentuh hati.
KISAH NYATAKEMISKINANKEMATIAN
Durotul Hikmah
8/19/20252 min read
Hikmah Story - Kematian selalu meninggalkan duka. Namun, ketika kematian hadir bersamaan dengan jerat kemiskinan, luka itu menjadi semakin perih. Inilah kisah nyata di sebuah lingkungan perkampungan, tentang dua kematian yang terjadi hampir bersamaan satu karena sakit parah yang tak tertolong, dan satu lagi karena perjuangan di tanah perantauan yang berujung pilu.
Tragedi Pertama: Ibu Muda yang Tumbang karena Kanker
Seorang ibu berusia sekitar 30 tahun, dengan tiga anak kecil dan suami tanpa keluarga besar untuk menopang, harus menghadapi kanker payudara stadium 4.
Kondisinya kian memburuk karena masalah finansial. Rumah sakit menolak dengan alasan keterbatasan, biaya pengobatan tidak terjangkau, dan akhirnya ia hanya bisa berdiam di rumah ibunya sambil menahan sakit yang luar biasa. Ironisnya, sang ibu juga sedang sakit parah, lumpuh dan hanya bisa terkapar di atas dipan.
Keluarga yang rapuh ini hanya mengandalkan putra sulung dan suami yang tinggal cukup jauh, sehingga perawatan tidak maksimal. Hingga akhirnya, di malam yang sunyi, ibu muda itu menghembuskan napas terakhirnya.
Tragedi Kedua: TKI yang Gugur di Negeri Jiran
Belum hilang kesedihan, kabar duka lain datang dari tetangga depan rumah. Seorang pria berusia sekitar 40 tahun, seorang ayah dengan tiga anak, meninggal dunia di Malaysia saat bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Ia baru dua bulan merantau, dengan harapan bisa memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Namun kenyataan berbeda jauh dari ekspektasi. Gaji yang tampak besar saat dikonversi ke rupiah ternyata habis untuk biaya hidup di sana, hanya tersisa sedikit untuk keluarga di tanah air.
Di hari tragis itu, ia sempat menelpon keluarganya dengan nafas tersengal-sengal. Sang istri memohon agar ia tetap hidup demi anak-anak mereka. Namun takdir berkata lain. Ia meninggal, dan jasadnya baru tiba di tanah air setelah lima hari dengan proses panjang.
Kemiskinan dan Kematian: Dua Wajah yang Saling Berpelukan
Kedua kisah ini menunjukkan betapa eratnya hubungan kemiskinan dan kematian. Menurut teori kemiskinan struktural (Oscar Lewis, 1966), kemiskinan bukan hanya masalah individu, tetapi hasil dari struktur sosial, politik, dan ekonomi yang tidak adil.
Dalam kasus ini, keterbatasan akses kesehatan dan lapangan kerja yang layak memperlihatkan bahwa kemiskinan telah merampas hak paling dasar manusia: hak untuk hidup layak.
Selain itu, teori kesehatan masyarakat juga menegaskan bahwa status sosial-ekonomi rendah sangat berkorelasi dengan tingkat mortalitas yang tinggi. WHO (World Health Organization) bahkan menyebut, “kemiskinan adalah penyebab terbesar penyakit di dunia.”
Kontras dengan Kehidupan di Media Sosial
Ironisnya, di saat sebagian masyarakat berjuang melawan kemiskinan, media sosial justru dipenuhi pameran kekayaan, gaya hidup glamor, dan pencitraan kebahagiaan. Ketimpangan sosial semakin nyata, menimbulkan luka batin bagi mereka yang terjebak dalam jurang keterpurukan.
Hikmah yang Bisa Dipetik
Dari dua kisah nyata ini, ada beberapa pelajaran penting
Kemiskinan adalah masalah struktural – bukan semata kesalahan individu, melainkan dampak dari sistem yang timpang.
Perlu kepedulian sosial – solidaritas masyarakat sangat dibutuhkan untuk meringankan beban keluarga miskin.
Pemerintah harus hadir – akses kesehatan murah dan pekerjaan layak adalah hak setiap warga.
Hidup bukan sekadar pencitraan – di balik media sosial, banyak orang berjuang mati-matian demi bertahan hidup.
Kematian akibat kemiskinan bukan sekadar cerita sedih, melainkan alarm sosial bagi kita semua. Sudah saatnya masyarakat menumbuhkan kepedulian, dan pemerintah benar-benar menaruh perhatian serius terhadap rakyat kecil.
Karena pada akhirnya, sejahtera bukan berarti memamerkan harta, tetapi ketika setiap orang memiliki kesempatan untuk hidup dengan layak, sehat, dan bermartabat.###
